Jumat, 30 November 2012

Kulkas Kayu "JAVA KOELKAST"



Java Koelkast : Warisan Kemewahan Gaya Kolonial...

Tahukah anda bahwa kata "kulkas" berasal dari bahasa Belanda, yaitu " Koelkast" [Koel=pendingin dan Kast=lemari] Kata koelkast ini dikenal oleh masyarakat Indonesia pada masa Dutch East Indies, mereka membawa berbagai macam barang termasuk diantaranya kulkas.

Orang-orang Belanda, pemilik perkebunan, golongan priayi dan penduduk pribumi yang telah mencapai pendidikan tinggi merupakan masyarakat papan atas, ikut mendorong penyebaran kebudayaan Indies lewat gaya hidup yang serba mewah karena dianggap bisa dijadikan sebagai simbol status dan keagungan.

Para Meneer Belanda memang punya perhatian pada iklim tropis dengan pemilihan perabot, dan ternyata menggemari minuman dingin. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa produk ini memang ditujukan untuk masyarakat kalangan menengah ke atas yang tampaknya sudah lama dipasarkan hingga akhir tahun 1930-an.

Namun jika merunut sejarahnya, koleksi ini muncul saat nusantara sedang dalam masa penjajahan kolonial Belanda. Sejak zaman belum ada listrik, sistem pendinginan yang sangat sederhana, yaitu dengan meletakkan balok es di dalam rak kulkas bagian atas sehingga temperatur udara didalamnya sangat sejuk, sungguh menarik dan mengundang decak kagum.

Kulkas kayu kuno ini merek JAVA KOELKAST dengan nomor seri: 3400 - N.V. VEREENIGDE IJSFABRIEKEN, SOERABAIA - BATAVIA - SEMARANG  yang mempunyai ukuran P.52 cm x L.49 cm x T.106 cm itu kini merupakan collector’s item yang berharga di pasar benda-benda antik.

Tapi, sungguh, ketika pertama melihatnya saya seperti terlempar ke masa silam. Tak sekedar pajangan, kulkas ini nampaknya belum mau dipensiunkan. Bahkan masih berfungsi sebagaimana mestinya, walau usianya tergolong renta.

Bagi kalangan pecinta koleksi peninggalan Dutch East Indies, kita bukan hanya menikmati aspek estetika melainkan juga nilai arkeologisnya, niscaya tak ternilai harganya. Tertarik memilikinya ?? SOLD OUT

Lukisan Tari Barong


Affandi : Maestro Seni Lukis Indonesia...

Affandi dalam penggunaan warna pada lukisan tidak berdasar pada teori seni yang sangat mengikat akan tetapi menuruti kata hati pada saat berkarya. Affandi lebih menekankan pada ekspresi jiwanya pada saat itu sehingga warna muncul secara naluriah tanpa ada perencanaan secara teoritis.

Teknik yang digunakan adalah teknik penuangan cat langsung dari tubenya dan dengan sapuan tangan secara langsung tanpa bantuan kuas atau palet. Karya Affandi selalu bertekstur, artinya terdapat cat yang timbul.

Beliau juga terkenal akan teknik penggunaan jari jemari yang sangat liar dan spontan. Goresannya tidak ragu-ragu tidak terkesan hati-hati. Kombinasi warna yang tertuang berdasar improvisasi beliau saat berkarya.

Tingkat kemurnian seni atau kata lainnya nilai seni semakin tinggi jika mampu menemukan bentuk baru semakin menyimpang dari bentuk alam semakin tinggi nilai seninya. Karena pengartian seni secara murni adalah bukan peniruan bentuk alam, akan tetapi pencitraan bentuk-bentuk baru.

Karena Affandi berkarya menuruti kata hati para pengamat seni berdasarkan bentuk lukisan beliau dapat digolongkan aliran Ekspresionisme. Tentunya dalam berkarya Affandi tidak mengarah pada suatu aliran karena akan berpengaruh pada kemurniannya dalam berkarya seni. Pengkategorian aliran dilakukan oleh pengamat seni, kritikus atau kurator.

Warna-warna yang terang, serta keunikan goresan pada lukisan yang mempunyai ukuran P.104 cm x L.98 cm tersebut menjadi satu sebuah kombinasi sempurna dalam karya lukisan bernilai seni tinggi. Akan menjadi koleksi kebanggaan tak ternilai bagi siapapun yang mengkoleksi karya maestro lukis Indonesia hebat ini.

Kebaya Encim Antik


Sebuah Jejak Kebaya Peranakan...

Kebaya yang terkadang juga disebut dengan nama Kebaya Nyonya ini biasanya dikenakan dengan kain atau sarung batik. Kebaya era tahun 1930-an ini merupakan tinggalan budaya yang sarat dengan nilai kearifan lokal.

Kebaya Encim biasanya berwarna putih dan warna-warna muda lainnya, dibuat dari kain katun tipis dengan klasik bordir (borduur, bahasa belanda, artinya, sulam) motif gambar bunga mei (Mei Hwa) dan terlihat pada tepi bawah kebaya yang dibuat menjadi runcing (sonday)

Generasi Nyonyah yang terdahulu masih memakai pakaian kebaya dan kain sarong sebagaimana yang dipakai oleh orang-orang pribumi. Sedangkan generasi Babah menyesuaikan diri dengan kehidupan Indies, lebih berbau tradisi Eropa mulai muncul. Fenomena ini kemudian melahirkan golongan priayi baru, yang memberikan tempat kepada semua kelompok masyarakat, di bawah pemerintah Hindia Belanda.

Sekalipun kaum Tionghoa peranakan sebagian terasimilasi ke dalam masyarakat setempat, mereka tetap terpisah dari golongan-golongan ras lainnya, terutama akibat struktur masyarakat kolonial yang dibentuk oleh Belanda. Golongan Eropa menempati tempat teratas, golongan timur asing (Vreemde Oosterlingen) di tengah dan golongan pribumi (Inlanders) di lapisan bawah.

Pada masa lalu, pesta yang diadakan oleh kaum Tionghoa selalu dimeriahkan gamelan Jawa dan orkes China. Nada-nada dari dua budaya berdampingan dengan harmonis, menyanyikan lagu indah yang bisa dinikmati oleh semua orang. Itulah orang China Peranakan di Indonesia pada masa lampau...

Sarung Encim Peranakan


Perjalanan Keindahan Batik Peranakan...

Batik motif buketan ini banyak berkembang di daerah pesisir. warna yang cerah, motif yang indah dan semarak disamping pengaruh Eropa, khususnya Belanda, juga dipengaruhi oleh keberadaaan pedagang dan pengusaha batik dari etnis China.

Batik China Peranakan kemudian berkembang lagi dengan motif yang lebih banyak, mengikuti pola batik Belanda, antara lain bunga-bungaan, dedaunan, burung-burungan, dan kupu-kupu, disertai dengan isen (motif isi) yang sangat halus.

Walaupun nama pembuat tidak diterakan, dilihat dari kehalusannya kain dan ragam motifnya penggemarnya tahu mana karyanya yang asli walaupun tanpa tanda tangannya.

Kain yang sudah berusia lebih dari 80 tahun ini tak ternilai nilai historisnya, sesungguhnya letak kemahalan batik tersebut ada pada disainnya yang kuno, halus, dan akurat. Sehingga hasilnya tidak hanya merupakan hasil kerajinan tapi barang seni yang mempesona. Mau ??  SOLD OUT

Selasa, 27 November 2012

N.V. Mineraalwaterfabriek "Hygeia"


Cerita Dibalik Botol Hygeia...

Jika kita telusuri ke belakang ternyata air kemasan di Indonesia (Hindia Belanda) sudah ada sejak masa kolonial. Adalah Hendrik Freerk Tillema sebagai pelopor air minuman kemasan di Hindia Belanda, Nederlands Indie.

Samarangsche-Apotheek milik firma R. Klaasesz en Co memiliki anak perusahaan yang membuat air dalam botol yang dalam beberapa tahun kemudian membangunnya menjadi pabrik hipermodern minuman soda.

Aer blanda ( blank water) dari firma R. Klaasesz en Co memiliki etiket yang menarik perhatian di botolnya, kucing hitam dengan ekor yang melambai melompati huruf-huruf merk HygeiaHygeia (atau sebenarnya Hygieia) merupakan anak perempuan dari Asklepios, dewa Yunani pelindung kesehatan.

Minuman Hygeia baik limun bergas dan air mineral sangat populer di seluruh Hindia Belanda. Botol-botol dengan tutup dari porselen berlapis karet berharga 25 sen gulden. Enam botol kosong dengan 75 sen gulden dapat ditukar dengan enam botol yang penuh. Persis seperti botol-botol minuman sekarang sebotol Hygeia pada masa itu disegel dengan sehelai kertas.

Dalam beberapa tahun Tillema menjadi sangat makmur. Pabrik minuman ringannya memberikan keuntungan negeri jajahan yang berasal dari air paling murni. Ternyata botol ini punya cerita menarik dan yang lebih istimewa memiliki kaitan dengan kota kelahiran saya yaitu Semarang.  SOLD OUT

Iklan Rokok Praoe Lajar


Iklan Rokok Praoe Lajar

Jika melihat desain, poster kertas itu tampaknya barang lama sekitar dekade 1930 an, tampak pada bagian kanan bawah terdapat nama percetakan pada masa nya : N.V. H. Mij. & Drukkerij "Chung Hwa" dengan ukuran P.16 cm x L.13 cm dan dengan frame kayu lama P.21,5 cm x L.17 cm

Jika anda cermati, tampak pada iklan kertas ini tercetak nama pemilik Tabaksfabriek THIO NO MOI (Semarang) dan Tabaksfabriek THIO IK KEE (Semarang) dapat dipastikan sudah berganti generasi dalam kepemilikan usaha keluarga.

Tinjauan teoritis perancangan sebuah media visual label dan kemasan merupakan bagian dari bidang desain grafis. Ini merek rokok rakyat, aroma saus atau esens sigaret ini kuat sekali. Harum, begitu. Tapi seperti umumnya rokok, harum tembakau (dan bumbu) hanya nikmat ketika belum dibakar.

Rokok ini sangat lokal. Bukan hanya lokasi pabrik dan peredarannya, melainkan juga mereknya. Keunikan lain, dari kemasan sudah terasa aroma oriental, maksud saya Tionghoa : sungguh bukti keragaman Indonesia.

Meskipun tampilannya sederhana, warna kuning dan perahu layar sebagai visual utamanya pada kemasan ini sangat eye-catching sehingga mudah untuk dikenali. Menariknya, dengan idiom lokal masyarakat pesisiran dapat disimpulkan bahwa produk ini memang ditujukan untuk masyarakat non-urban atau pedesaan.

Hal lain yang bisa saya temukan adalah aspek antropologi, sosiologi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat perokok serta pedagang rokok indie di daerah pinggiran karena gaya desain kemasan rokok tersebut unik, berbeda dengan desain rokok mayor label.

Selain menggunakan tipografi yang bersifat tradisional dalam balutan warna-warna cerah, keberadaan desain kemasan rokok indie tersebut justru memiliki focus of interest saat terpajang di warung.
PRIVATE COLLECTION

Senin, 26 November 2012

Iklan Kaleng Vicks VapoRub


Iklan Keluarga Vicks VapoRub...

Saya tak tahu sejak kapan produk Vicks VapoRub mengisi pasar di Indonesia. Sampai sekarang Vicks VapoRub masih bertahan. Terkabar produk ini sudah ada sejak awal 1920-an, jadi bisa saja desain yang ini adalah versi kesekian.

Desain visual iklannya modern sekaligus retro, menampilkan gaya ibu tahun 70-an. Seolah ini produk yang disukai para nyonya rumah di kota. Tapi saya membatin, di manakah bapaknya? Ah, anggap saja dialah yang memotret keluarganya. Dia tak tahu cara menggunakan self timer. Hmmm anggap saja hasil salinan dari foto...hehehehe

Tentang gaya nyonya Indonesia, kita pernah melihatnya dalam perjalanan waktu gaya busana seperti ini perlahan mulai jarang ditemui. Ada nyonya berkain berkebaya di sana. Saya ingat, sampai tahun 70-an masih ada wanita pekerja dan nyonya yang kerap berkain kebaya. Rasanya di masa sekarang ini makin jarang wanita muda di diperkotaan berbusana seperti itu.

Sebuah iklan kaleng Vicks VapoRub unik, yang mewadahi beragam sebagian potret keluarga Indonesia “tempo doeloe” dengan teks verbal yang mempunyai ukuran P.35,8 cm x L.26,8 cm ini bagi yang suka, memang layak koleksi. Kesan apa yang Anda dapatkan ? SOLD OUT

Saringan Antik U.S.A

Ayakan Tempo Doeloe

Namun jika merunut sejarahnya, koleksi ini muncul saat nusantara sedang dalam masa penjajahan kolonial Belanda. Saringan bernuansa masa lampau ini masih tampak kokoh dan mantap, yang mempunyai ukuran T.7 cm x diameter 21 cm itu kini terbilang langka dan susah ditemukan.

Koleksi ini merupakan ciri khas produk Eropa masa lampau dengan nilai-nilai budaya yang berlaku pada zaman itu ditampilkan lewat kualitas bahan dan detail tekstur pengerjaannya.

Tentu barang lama yang secara kualitas jelas tidak diproduksi sembarangan. Kelangkaan, orisinilitas dan usianya yang lebih dari 70 tahun ini membuatnya semakin menarik. Tertarik memilikinya ??

Reklame Rokok "KAISER"


Teka Teki Merek Rokok KAISER...

Rokok ini sangat lokal. Bukan hanya lokasi pabrik dan peredarannya, melainkan juga mereknya. Lakukah rokok ini? Saya tak punya data.

Lantas kenapa label rokok ini bergambar Kaiser [King kartu remi] ? Saya kurang paham konteksnya. Apa iya, sebuah merek adalah pencitraan diri pemiliknya ? Saya tak tahu. Tak sekedar unik sebagai pajangan interior, gambar reklame dengan visual branding unik yang mempunyai ukuran P.30 cm x L.22 cm.

Sungguh sebuah organisasi bisnis [baca: produsen rokok] dengan etos yang jauh dari cengengesan. Pesan tekstualnya " INILAH ROKOK "KAISER" UNTUK YANG BENAR2 MENGETAHUI RASA ROKOK " Sungguh percaya diri, sekaligus rendah hati, dan mungkin jujur... Apakah rokok cukup mendidik, itu wewenang anda untuk menjawab.

Didominasi dengan warna biru muda yang dipakai sebagai background, dapat dilihat dari penataan gambar dan tipografi huruf yang seimbang dan teratur. Merek yang nyeleneh, dan nyatanya menancapkan brand awareness yang cukup kuat. SOLD OUT

Teko Air Kolonial


Teko Tempat Air

Kini teko tempat air jenis ini tentu saja sudah jarang kita temui. Daerah-daerah yang pernah makmur pada jaman kolonial Belanda atau yang menjadi pusat kependudukan di jaman VOC banyak didapatkan teko air seperti ini walau biasanya sering tidak lengkap atau rusak.

Letakkan saja teko tempat air yang mempunyai ukuran T.28 cm dan diameter 14 cm ini di meja sudut, coffee table, dll. Dengan penempatan yang pas, motif dan desain yang klasik dengan model yang berkembang pada masa kolonial, menimbulkan suasana nyaman dan romantik membuat teko air kuno ini menarik hati bagi siapa saja yang melihatnya. Mau ??