Nostalgia Kisah Tiket Kereta Api Klasik....
Di stasiun orang bertemu dan berpisah. Tak cuma tempat perhentian kereta api, keindahan arsitektur stasiun buatan Belanda di seluruh pulau Jawa masih menarik untuk dinikmati hingga kini.
Kesibukan di stasiun kental terasa. Angin berembus dari arah jajaran rel ke selasar tempat tunggu penumpang, membawa serta suara bel pengumuman, deru mesin kereta, dan percakapan ribuan orang di tempat itu. Barangkali kesibukan serupa terjadi di masa lalu.
Dulu, jasa angkutan darat peninggalan Belanda itu, menjadi alat angkut primadona yang biasa digunakan oleh para bangsawan dan petinggi penjajah ketika mereka bepergian.
Mesin stempel tiket ini telah dipakai di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda oleh S.S - Staats Spoorwegen (Kereta Api Negara, sekarang P.T. Kereta Api Indonesia) pada tahun 1878. Tiket kereta api yang terbuat dari karton dengan ukuran sekitar 6 cm x 3 cm.
Tiket itu juga dibedakan berdasarkan tujuan dan kelas (bisnis, ekonomi, eksekutif). Pola dan warna tiket dibedakan untuk memudahkan petugas dan calon penumpang membedakan tipe tiket. Setelah sekian lama digunakan, tiket karton ini pun 'dipensiunkan' dan kini sudah jarang ditemukan.
Saat stasiun mengeluarkan tiket itu, ada mesin yang akan mencetak tanggal sesuai dengan saat tiket dikeluarkan (mesin stempel tiket). Mesin dengan kualitas yang kuat ini kokoh hingga kini. Bentuknya yang unik buatan Perdijk & Co di Rotterdam Holland yang mempunyai ukuran T.22 cm x L.12 cm ini masih mengundang decak kagum.
Kini, semua itu memang sudah hilang. Keberadaan peninggalan sistem perkeretaapian masa lalu itu, termasuk koleksi mesin untuk mencetak tanggal pada karcis ini mulai diburu kolektor. Di Indonesia, Museum Kereta Api Ambarawa masih menyimpan mesin stempel tiket legendaris itu. Berminat memilikinya ?? SOLD OUT