1 Syawal 1441 H

Author: Kedai Barang Antik /


Memang agak sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, Idul Fitri tahun 2020 ini kita dalam situasi Pandemi Covid-19

" Tak ada gelar griya ( open house ), mudik, atau salat Id di lapangan pada hari Lebaran tahun ini. Memang ini berat, tapi kita alami dan hadapi bersama-sama.

Semoga pandemi ini segera berlalu agar kita dapat bertemu dan saling melepas rindu,"

Peranakan Console Table

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Mampu bertahan hingga ratusan tahun, maka koleksi ini bisa dikatakan mengungkap perjalanan kultural yang bersifat romantis nostalgis.

Jenis perabot Tionghoa periode awal tahun 1910-an ini menjadi langka di tingkat yang mengkhawatirkan, hampir mustahil untuk menemukan dalam kondisi baik dan utuh seperti ini.


Dilihat dari fungsinya, 2 laci sebagai media untuk menyimpan barang. Gaya desainnya merupakan perpaduan antara tuntutan fungsionalitas dan estetika.

Kayu tua memiliki patina indah dan terlihat benar-benar menakjubkan dalam originalitas.

Ciri khas perabotan Peranakan adalah perhatian terhadap detail. Furniture yang dipakai komunitas Peranakan Tionghoa cukup variatif. Rata-rata memiliki motif ukir di beberapa bagian.

Material konstruksi panel papan yang digunakan adalah kayu jati bidang lebar utuh lembaran dan kualitas baik pada masanya.

Kayu jati tua berkualitas bagus memiliki permukaan yang sangat dekoratif. Tekstur dan serat kayunya terbentuk dengan sempurna dan indah.

Tekstur material dipertahankan seperti aslinya, menunjukkan proses alamiah yang terjadi pada perabotan tersebut.

Tampak tampilan ornamen motif tersebut menjadi karakteristik tersendiri untuk komunitas elit Peranakan.

Keindahan desain perabot tua bergaya China Peranakan ini masih menarik untuk dipandang hingga kini.


Meja Konsol Peranakan : Kilas balik jejak perabotan Peranakan ....

Budaya China Peranakan atau yang lebih dikenal sebagai Straits Chinese adalah produk asimilasi, akulturasi dan proses hibrida panjang selama berabad-abad antara budaya pendatang Tionghoa dari Tiongkok, penduduk setempat (pribumi) dan Belanda yang saat itu berkuasa di Nusantara.

Di Indonesia, koleksi benda budaya Peranakan yang sudah diidentifikasi jumlahnya cukup banyak. Hanya saja, saya ingin menunjukkan jika 80 -100 tahun silam seperti itulah bentuk benda-benda budaya Peranakan di Indonesia.

Peranakan Console Table ini berukuran P.76 cm x L.38 cm x T.73 cm sungguh warisan masa lampau yang berharga, Koleksi ini salah satu dari sedikit yang tersisa dari kediaman "landhuisen" di Hindia Belanda tahun 1910 an dan terpelihara dengan baik.

Luar biasa rasanya, jika kita memiliki sebuah koleksi yang tidak berubah selama 100 tahun, rasanya seperti terlempar ke masa silam.

Benda-benda warisan tradisi Tionghoa masa lampau itu tak bernyawa, tapi menyimpan kisah sejarah panjang terentang.

Saking diburunya, kini banyak beredar replika atau tiruannya. Ah, gampang dibedakan. Desain duplikat, biasanya keluar dari langgam gaya Peranakan. Pahatannya pun lebih kasar. SOLD OUT

Peranakan Bamboo Indische 3 Seat

Author: Kedai Barang Antik / Labels: ,

Perabotan Bamboo Peranakan mewah pada zamannya dihadirkan kembali dan menjadi sebuah "ikon sejarah" menonjolkan sisi yang mengombinasikan keelokan dan efisiensi.


Selektif dan berkelas, tak hanya dianggap klasik namun sekaligus memiliki citarasa seni.

Selain kesempurnaan bentuk dan proporsi juga menambah kesan dramatis sebagai elemen estetis yang mendukung suasana Peranakan masa lampau.

 Teknik pertukangan jaman kolonial, proporsi badan dan posisi sandar sangat diperhitungkan.


Ketegasan garis-garis struktur kayu motif ukiran bambu itu sendiri sekaligus digunakan sebagai kekuatan visual artistiknya.  

Sudut sandaran tangan kursi menunjang kenyamanan, proporsi badan dan posisi sandar sangat diperhitungkan.

Tekstur gradasi halus dan detail menjadi jaminan bagi karya seni dari masa lalu yang layak untuk dikoleksi.


Kesempurnaan pengerjaan ornamen halus dan akurat diperlukan ketelitian tinggi.


Merekam Sejarah Lewat Kursi Peranakan Bamboo

Kursi kuno peninggalan Dutch East Indies ini sudah jarang ditemui dan tak lebih dari hitungan jari. Pesonanya tetap memikat, masih cantik untuk ditampilkan dan menjadi "point of interest" di tengah-tengah ruang.

Konstruksi kayu jati bertekstur kayu bambu, membawa kesan sederhana, tetapi justru indah. Sungguh suatu selera perabotan bergaya China Peranakan yang penuh cita rasa, seolah bisa memutar waktu 100 tahun yang lampau.

Mempunyai ukuran P.170 cm x L.60 cm x T.89 cm (33,5 cm) sungguh warisan masa lampau yang berharga, yang dahulu sempat prominen dimasanya.

Di sini terlihat sekali akulturasi gaya ekspresi peradaban Indo-Eropa dan karakter Peranakan. Benda-benda warisan tradisi Tionghoa itu tak bernyawa, tapi menyimpan kisah sejarah panjang terentang.
SOLD OUT

Meja Altar Peranakan

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Koleksi meja altar Cina Peranakan ini merupakan jejak sejarah yang merekam bentuk eksotisme nilai paduan gaya tradisional Tionghoa di bumi Nusantara pada masa kolonialisme.


Koleksi meja altar masa lampau tersebut memang tak berasal dari Tiongkok, namun yang pasti pernah dipergunakan oleh keluarga Tionghoa di Indonesia dan berusia puluhan tahun.


Dekorasi profil semuanya dilakukan dengan memahat langsung pada selembar permukaan bidang kayu jati bukan berupa tempelan.


Nuansa China Peranakan sangat terasa dari segi bentuk pahatan, ornamen dekoratif yang masih dibiarkan seperti aslinya.

Kayu jati masa lampau sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca.

Tekstur material dipertahankan seperti aslinya, menunjukkan proses alamiah yang terjadi pada perabotan tersebut.

Sehingga sampai kini pun warnanya tidak berubah. Penyimpanan dan perawatan menentukan keawetannya karena membeli langsung dari pemilik atau pewarisnya.


Akulturasi Perabot Peranakan di Nusantara...

Budaya China Peranakan atau yang lebih dikenal sebagai Straits Chinese adalah produk asimilasi, akulturasi dan proses hibrida panjang selama berabad-abad antara budaya pendatang Tionghoa dari Tiongkok, penduduk setempat (pribumi) dan Belanda yang saat itu berkuasa di Nusantara.

Kelengkapan aksesoris perabotan rumah tangga yang digunakan berbeda dari rakyat biasa sebagai manifestasi dari nilai-nilai budaya yang berlaku pada zaman itu.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa koleksi ini memang ditujukan untuk masyarakat kalangan menengah ke atas

Bisa juga dikatakan bahwa orang-orang Tionghoa masa kini adalah kepanjangan tangan dari komunitas Tionghoa pada masa lalu. Sebuah meja altar China Peranakan Lasem kuno berukuran P.112 cm x L.54 cm x T.93 cm tinggalan budaya yang sarat dengan nilai kearifan lokal.

Tidak dapat dilacak dengan pasti kapan meja altar rumah China Peranakan ini dibuat, tapi diperkirakan sekitar tahun 1920-an. Merupakan barang yang sulit didapat dan lebih unggul kualitas kayu.

Status seseorang ditunjukkan melalui kualitas perabotan yang dipakai, sebagai parameter sekaligus mengekspresikan kemapanan pemilik. Perabotan ini rata-rata dipakai oleh Peranakan Tionghoa Indonesia berabad lalu.

Keindahan desain perabot tua bergaya China Peranakan ini masih menarik untuk dipandang hingga kini.  Kita bisa menggali lagi kenangan dan sejarah yang tak lekang oleh masa. SOLD OUT

Thee Kastje (c.1920's)

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Meski berusia hampir lebih dari 100 tahun, kualitasnya masih sangat terjaga. Tekstur material dipertahankan seperti aslinya masih kokoh dan bertahan lama, melintasi pergantian rezim dan abad. Sungguh mengundang decak kagum. 


Perabotan kuno masa kolonial di Indonesia, sebagian besar masih tersembunyi juga semakin menyusut drastis. 
Patut disyukuri karena masih berfungsi dengan baik dan utuh yang dapat menceritakan masa lalu.


Langgam gaya Indies sebagai perpaduan budaya Belanda dan Jawa ini mengutamakan kesederhanan tanpa banyak ornamen dekoratif.


Bentuk fungsional yang mengombinasikan keelokan dan efisiensi, sebagai akibat dari prinsip bentuk mengikuti fungsi (form follows function) pada masa itu.


Perpaduan sisi praktis yang ditampilkan melalui pembagian 4 area penyimpanan pada dalam lemari.


Dilihat dari corak teksturnya cat yang terkelupas dan ornamen yang tertutup kerak menggambarkan betapa lamanya benda tersebut. 


Gaya desain pada tarikan pintu lemari merupakan simbol kemewahan pada jaman dahulu. Handle tampak masih kokoh dan mantap, sehingga penampilannya lebih kontemporer. 


Dengan 4 bentuk kaki penopang yang kokoh, dikontraskan dengan garis lurus memiliki kadar craftmanship yang tinggi.


Kayu jati tua berkualitas bagus memiliki permukaan yang sangat dekoratif. Tekstur dan serat kayunya terbentuk dengan sempurna dan indah.


Meja pada masa Nederlandsche Indies ini masih menyisakan kemegahan tempo dulu yang ramah menyambut tamu.
Suatu cerminan keterbukaan yang melahirkan karakter bangsa yang toleran.


Dalam foto tersebut kita bisa melihat lagi bagaimana situasi masa lalu. Dapat disimpulkan bahwa koleksi Thee Kastje ini memang dimiliki oleh komunitas Societeit. Mereka bersosialita sebagai himpunan elit akibat pertemanan sembari menggelar acara minum teh. Anda akan merasa seperti di sebuah komunitas Societeit di era Hindia Belanda.


Societeit Thee Kastje : Membangkitkan Memori 100 Tahun Lalu...

Koleksi " Thee Kastje " ini salah satu dari sedikit yang tersisa dari kediaman " landhuisen " di Hindia Belanda tahun awal 1920-an dan terpelihara dengan baik.

Unik, indah, " shopisticated " dan praktis, begitulah tampilan keseluruhan dari lemari antik ini.

Tampak beberapa bagian yang kusam karena termakan usia, tetapi kecantikannya tak pernah pudar.

Koleksi tempat lemari meja teh semacam ini umumnya menghias bangunan rumah peristirahatan, yang lazim disebut landhuis dengan patron Belanda.

Perabot rumah tangga yang disukai para nyonyah atau meneer di kota-kota besar di Hindia Belanda ini bersifat movable, yang dapat dipindah dan geser.

Mempunyai ukuran P.72 cm x L.46 cm x T.78 cm ini hingga kini masih kokoh dan bertahan lama, melintasi pergantian rezim dan abad. Mau ??? SOLD OUT

Kursi Panjang Indische 3 Seat

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Pada umumnya koleksi kursi seperti ini dimiliki oleh golongan kaya dan berpengaruh (ketokohan) sebagai parameter sekaligus mengekspresikan kemapanan pemilik.

Selain kesempurnaan bentuk dan proporsi juga menambah kesan dramatis sebagai elemen estetis yang mendukung suasana kolonial masa lampau.

Dari segi tampilan, perabotan furniture masa Hindia Belanda kental dengan desain yang unik dan berkarakter.

Sampai kini pun kondisinya tidak berubah, sungguh memikat bagi siapa saja yang melihatnya. Just marvelous design. 

Elemen-elemen bergaya vernakular Belanda menjadi gaya bentuk yang tak lekang dimakan waktu.

Selain ergonomis, sudut sandaran tangan kursi menunjang kenyamanan. Meski kursi tua, tapi kualitasnya masih sangat terjaga.

Memanfaatkan kualitas kayu jati solid, wujud yang terlihat selain kejujuran konstruksi, kekuatan garis, dan proporsi volume.

Pola desain bidang lengkung pada sandaran tangan kursi merupakan sebuah sintesis dari budaya Timur dan Eropa.

Tekstur dan kerapian pengerjaan memiliki kadar craftmanship yang tinggi, selain ergonomis, proporsi badan dan posisi sandar sangat diperhitungkan.


Menyusuri Jejak Kemegahan Perabotan Indische...

Di masa itu diterapkan tata cara baru yaitu mengharuskan pihak keraton menyediakan perlengkapan permebelan bagi Residen atau para pembesar Belanda yang bertamu.

Bukti yang mendukung kemungkinan tersebut adalah adanya jenis mebel yang menurut sebutan di Jawa dinamakan kursi "Kompeni".

Berburu kursi Indisch 3 Seater semacam ini, bukanlah perkara mudah. Tak banyak yang tersisa dari desain kursi kuno ini.

Penyimpanan dan perawatan menentukan keawetannya, sebab membeli langsung dari pemilik atau pewarisnya.

Kursi panjang era bergaya vernakular Belanda berukuran P.135 cm x L.53 cm x T.123 cm (47 cm) ini memperkuat gaya sebuah interior, membentuk ciri khas, serta menciptakan sense of space ketika ada tamu yang memasuki rumah. SOLD OUT