Iklan Rokok: "Klembak Menjan, Tjap Siluman "

Author: Kedai Barang Antik / Labels: , , ,

Bagi penikmat rokoknya, mereka adalah simbol pemanjaan dorongan hedonistis. Tak perlu acung jempol. Cukup sebatang sigaret kretek dalam genggaman. Tapi ya sudahlah, jaman dulu pesan seperti ini mungkin lebih mengena.

Merek "Rokok Klembak Menjan Tjap Siluman" ini muncul akhir 60-an, ketika sebuah iklan lama hanya menjadi klangenan, sesungguhnya sudah tak murni fungsional lagi dan tak lebih sebagai collector’s item. Sederhana tapi nyeni, sangat Indonesia.

Setelah tahun 1948, ketika bahan "ajaib" yang bernama scothlite ditemukan banyak pula papan reklame yang menggunakan scothlite tadi karena mampu memantulkan cahaya dengan efek sinar mengagumkan.

Biro Reklame TATI sebagai pembuat poster film, pengisi huruf reklame dan membuat slide untuk iklan di Bioskop. Desain merek rokok ini sangat lokal. Bukan hanya lokasi pabrik dan peredarannya, melainkan juga mereknya.


Nostalgia Dengan Slide Bioskop Kuno...

Penafsiran rokok "Klembak Menjan" merupakan rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Konteks sosial klembak menyan adalah sebuah produk pangan, yaitu : tembakau yang mempunyai target market rakyat menengah biasa.

Tidaklah heran bila ada pula jenis-jenis rokok kretek yang menggunakan cap agak aneh, seperti "Rokok Klembak Menjan Tjap Siluman".

Slide iklan bioskop kuno ini mempunyai ukuran P.8 cm x L.8 cm ini sungguh percaya diri, sekaligus rendah hati, dan mungkin jujur, Perusahaan Tembako, " Nam - Hien" Gombong & Kebumen produsennya, tak menjanjikan apapun. Tak ada janji gombal rasa maupun khasiat.

Tak dijelaskan apakah asap rokok yang dihembuskan seorang perokok juga merupakan polusi bagi orang lain, terutama yang tidak merokok.

Cerita lain? Tetangga saya, yang meninggal pada usia sekitar 100 tahun, adalah perokok berat.
Begitu beratnya sehingga kaca pintu dan jendela menjadi kecokelatan. :-)

Setelah tahun 1948, ketika bahan "ajaib" yang bernama scothlite ditemukan banyak pula papan reklame yang menggunakan scothlite tadi karena mampu memantulkan cahaya dengan efek sinar mengagumkan.

Media opportunity pada waktu itu memang sangat terbatas, tetapi orang-orang periklanan sudah sangat kreatif menggunakan setiap peluang yang ada termasuk pemilihan bioskop sebagai ruang media.

Di zaman "kuda gigit besi" itu, ikaln-iklan juga ramai diudarakan melalui radio, diproyeksikan di gedung bioskop dan ditampilkan melalui pertunjukan keliling (mobil propaganda) mirip tukang obat yang hingga kini masih banyak dijumpai di berbagai kota kecil.

Kalau anda pecandu bioskop di awal 1970-an, tentu tak lupa adegan ini: di tengah pemutaran film, layar tiba-tiba padam. Adegan seru lenyap digantikan slide kotor yang berisi tulisan tangan "istirahat". Rehat di tengah pemutaran film, yang dibutuhkan petugas untuk mengganti reel (gulungan seluloid) di dalam proyektor, kini tak ada lagi.

Konsol Kayu Dutch East Indies

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Bagi kalangan pecinta koleksi peninggalan Dutch East Indies, kita bukan hanya menikmati aspek estetika melainkan juga nilai arkeologisnya, niscaya tak ternilai harganya.

Desain "konsol siku peyangga" pola lengkung ragam kurva seringkali terlihat mirip dengan gaya klasik, memiliki sentuhan cita rasa seni menjadi daya tarik dari masa ke masa dan terbilang langka dan susah ditemukan.

Mampu bertahan hingga ratusan tahun, maka koleksi ini bisa dikatakan mengungkap perjalanan kultural yang bersifat romantis nostalgis.

Selain jenis kayu, menarik juga untuk dicermati bagaimana konsol kayu ini dibuat dengan rapi. Ada pahat yang dibuat dengan metoda korek; membuat permukaan kayu jadi cekung.

Dapat dikenali dari penampilan fisiknya, memanfaatkan kualitas kayu jati oleh para pandai kayu dan tukang-tukang yang sangat berpengalaman pada masa itu.

Sudah diakui bahwa gaya Eropa memiliki nilai klasik yang cukup tinggi dengan ornamen-ornamen indah sekaligus memperlihatkan estetika.

Ia seolah bentangan jalan menuju masa lalu yang megah dengan karya seni tinggi. Sampai kini pun kondisinya tidak berubah, menghasilkan gradasi warna, sungguh memikat bagi siapa saja yang melihatnya.

Kayu tua memiliki patina indah dan terlihat benar-benar menakjubkan dalam originalitas.


Sebuah Jejak Kebudayaan Eurasia (Eropa Asia) 

Koleksi konsol kayu yang sudah berusia lebih dari 100 tahun ini tak ternilai historisnya. Seolah bentangan jalan menuju masa lalu bercerita tentang makna dan rasa suatu masa.

Gaya desain tersebut tercipta dan lahir dari kerinduan para penguasa terhadap kampung halamannya. Desain yang dihasilkan tidak 100% sama sepertiaslinya karena disesuaikan dengan iklim, tersedianya material dan penyesuaian dengan lingkungan alam sekitar di Hindia Belanda.

Koleksi ini merupakan jejak sejarah dan semangat zaman yang merekam bentuk eksotisme nilai paduan gaya Eropa yang disesuaikan iklim tropis Hindia Belanda. Menggambarkan situasi masa lalu yang sangat mewah dengan idiom budaya Eropa sentris.

Koleksi aritektural Hindia Belanda tahun 1900 yang mempunyai ukuran P.50 cm x L.31 cm ini langka dan datang dari keterampilan yang tinggi, saya merasa beruntung menemukannya. Tertarik memilikinya ?? SOLD OUT 

Standing Pot Indische

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Jika melihat kondisinya, standing pot ini tampaknya barang warisan zaman turun temurun dan belum mau dipensiunkan.

Gaya desainnya merupakan simbol kemewahan pada jaman dahulu, bisa menambah aksen dan menghidupkan suasana ruang interior anda.

Dalam perjalanan waktu gaya perabotan seperti ini perlahan mulai jarang ditemui.

Meja mempunyai struktur permukaan datar dan dasar yang terdiri dari 4 kaki bergaya Indisch sebagai penopangnya.

Alas meja menggunakan marmer doff bundar berwarna abu-abu merupakan pengaruh dari gaya The Dutch Colonial.

Ditambah usianya yang tergolong antik, membuat standing pot peninggalan masa kolonial ini bisa jadi salah satu "buruan" koleksi.

Nyatanya perabotan standing pot ini bertahan lama, melintasi pergantian rezim dan abad.


Merekam Sejarah Lewat Perabot Tua....

Ketika menemukannya, kondisinya penuh debu dan kumal. Setelah sampai dirumah, agak lama saya menimbang-nimbang apakah layak saya mengoleksi standing pot ini?

Namun membayangkan koleksi ini bersanding dengan Berkefeld Filter, bagaimana situasi masa lalu dalam foto-foto dan kartu pos tidak hanya menunjukkan imajinasi popular kelas elit kolonial, saya langsung hanyut dalam romantisme zaman kolonial.

Orang Belanda sangat menguasai dan mencintai karya-karya pertukangan hingga pada detail-detailnya.
Pengaruh Eropa dan Jawa dapat juga terlihat pada desain standing pot bergaya Indisch ini.

Pertemuan antara esensi Jawa dengan detail-detail Eropa ini telah menghadirkan pemahaman akan ekspresi klasik budaya Jawa di masa itu.

Mebel antik memiliki penggemar tersendiri. Bila anda salah satunya dan berkeinginan menghiasi rumah dengan mebel kuno yang menarik, koleksi standing pot yang berukuran T.80 cm (marmer ukuran 34 cm persegi) ini masih pantas dilirik.

Javanesche Folk Art

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Koleksi ini membawa sensasi tersendiri bagi mereka yang mampu mengapresiasi tradisional folk art sebagai bagian dari identitas kearifan lokal.

Berorientasi pada prinsip arsitektur kolonial yang "dikemas" dalam wujud tradisional sehingga penampilannya lebih kontemporer. 

Kesan pada masa lampau inilah yang banyak membuat orang dibuat tersenyum oleh nostalgia. 

Pajangan kepala tanduk rusa ini sebagai simbol kemewahan pada jaman dahulu. Agar memperoleh kesan pada status sosial yang sama dengan para penguasa dan priayi.


Sebuah Jejak Warisan Kemewahan Priyayi...

Disaat bangsa Eropa mulai membaur dengan masyarakat pribumi Hindia Belanda, kebudayaan Indies mulai tampak dengan adanya bentuk perabot yang mirip dengan gaya desain negara asal mereka.

Keindahan ruangan ditentukan oleh pemilihan dan cara memadupadankan benda-benda kecil menjadi kesatuan yang harmonis. Di era modern seperti saat ini, rasanya agak sulit untuk menemukan pernik tempo dulu.

Beberapa orang yang memilih perabotan kuno sebagai pelengkap interior lebih kepada ingin memberi kesan lawas pada desain interiornya.

Anda tak perlu takut memadukan koleksi ini dengan konsep interior rumah anda, karena kesan lawas tak lagi monopoli rumah-rumah tua tempo dulu.

Mempunyai ukuran tinggi 56 cm, unik secara tampilan ditambah dengan desain bergaya vintage cukup sukses sebagai daya pikat. Istimewa ! Membentuk ciri khas, serta menciptakan sense of space ketika ada tamu yang memasuki rumah. Mau ?? SOLD OUT 

Kapstok Mangkunegaran Vorstenlanden

Author: Kedai Barang Antik / Labels: , ,

Pada umumnya koleksi seperti ini dimiliki oleh golongan kaya dan berpengaruh (ketokohan) sebagai parameter sekaligus mengekspresikan kemapanan pemilik.

Elemen-elemen bergaya vernakular Belanda yang banyak digunakan dalam perabotan kolonial Hindia Belanda antara tahun 1895 sampai tahun 1900-an.

Memperlihatkan aspek seni ukir era Vereegnide Oost Indische Compagnie (V.O.C) dengan bentuk streamline (terlihat langsing dan kurus)

Kombinasi konvensional dan kontemporer bergaya ke Folk Art,  pembuatannya secara konvensional, tidak pabrikan tapi satu persatu. Identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim.

Ornamen dekoratif yang atraktif masih dibiarkan seperti aslinya. Dari segi tampilan, benda lawas kental dengan desain yang unik dan berkarakter. 

Tampak beberapa bagian ornamen prada emas yang kusam karena termakan usia, tetapi kecantikannya tak pernah pudar. Semakin tua usia kayu, warnanya akan semakin matang dan lama-kelamaan muncul patina atau tekstur kayu.

Dengan ciri bentuk yang tegas, elemen lengkung yang dikontraskan dengan garis lurus serta tetap dapat dijadikan sebagai bukti jejak kejayaan yang mewakili lapisan sejarahnya. 

Cantolan dari kayu. Kayu jati masa lampau sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Luar biasa rasanya, jika kita memiliki sebuah koleksi yang tidak berubah selama 100 tahun, rasanya seperti terlempar ke masa silam.

Menggunakan garis-garis lengkung dan pola-pola organik seperti tumbuhan. Tak sekedar pajangan, meski renta barang ini menyimpan banyak cerita tentang gambaran Indonesia pada jamannya.

Kejujuran konstruksi, kekuatan garis, dan proporsi volume. Inilah karakteristik desain furniture dari era Dutch East Indies.

Biasanya dimimiliki oleh pejabat pemerintahan atau Asisten Residen pada masa kolonial. Dalam perjalanan waktu gaya perabotan seperti ini sudah jarang sekali tersimpan dalam keadaan utuh.

Aplikasi warna natural bertekstur serat kayu, membawa kesan sederhana, tetapi justru indah.

Struktur kayu menggunakan material tradisional dan metode pertukangan (craftmanship). Walau kapstok ini dibuat lebih dari 100 tahun yang lampau dengan cita rasa Eropa, namun masih sangat kokoh hingga masa kini.


Menilik Kemegahan Warisan Keraton Mangkunegaran...

Disaat bangsa Eropa mulai membaur dengan masyarakat Hindia Belanda, kebudayaan Indies mulai tampak dengan adanya bentuk perabot yang mirip dengan gaya desain negara asal mereka.

Gaya desain tersebut tercipta dan lahir dari kerinduan para penguasa terhadap kampung halamannya. Desain yang dihasilkan tidak 100% sama seperti aslinya karena disesuaikan dengan iklim, tersedianya material dan penyesuaian dengan lingkungan alam sekitar di Hindia Belanda.

Walaupun tampak agak memaksa, namun mereka berhasil membuat beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan gaya desain negara asal mereka. Sungguh warisan masa lampau yang berharga, sebuah sintesis dari budaya lokal pribumi dan Eropa.

Ornamen ukir perabot Keraton Mangkunegaran memiliki motif yang khas, biasanya corak flora atau fauna (bunga, daun-daunan, atau burung) ini terpancar anggun oleh keindahan dan orisinalitas.

Melalui koleksi kapstok Mangkunegaran Vorstenlanden dengan ukuran P.70 cm x L.20 cm x T.48,5 cm ini kita seolah diajak berkelana ke masa silam, menguak kehidupan masyarakat penguasa Vorstenlanden masa lampau. Eksotis ! SOLD OUT 


Kursi Tapal Kuda Pesisiran

Author: Kedai Barang Antik / Labels:

Perabotan ini berkembang di Hindia Belanda, khususnya Jawa. Di klasifikasikan sebagai " kursi Betawi ", hanya ditemukan di Indonesia. Kita bukan hanya menikmati aspek estetika melainkan juga nilai arkeologisnya. 

Menempatkan perabotan kursi tamu ini dalam komposisi yang formal, dapat menghasilkan suasana tenang juga mempunyai aura yang sanggup menahan keabadian.

Alas meja menggunakan marmer bundar dengan diameter 70 cm merupakan pengaruh dari gaya The Dutch Colonial.

Bentuk konstruksi meja berciri khas Indisch atau disebut gaya Indo-Eropa, model yang berkembang pada masa kolonial.

Marmer masih menjadi simbol kemewahan dan keunikan gaya arsitektur kuno dan kini. 

Pengaruh Indo-Eropa dapat juga terlihat pada penggunaan keramik motif dan ragam aplikasi warnanya. Menonjolkan sisi yang mengombinasikan keelokan dan efisiensi. Sungguh suatu selera perabotan Indies yang penuh cita rasa. 

Kedalaman nilai sejarah, kenangan, dan apresiasi membawa kesadaran untuk mengkoleksi perabotan dari masa lampau.

Selain ergonomis, kursi berukuran P.50 cm x L.56 cm x T.86 cm (43 cm) sudut kemiringan kursi menunjang kenyamanan. Proporsi badan dan posisi sandar sangat diperhitungkan.

Nyaman, walau tanpa busa empuk, kursi ini bila diduduki sangat nyaman. Struktur permukaan lengkung kayu
demikian kecermatan dan ketelitian tampak dengan standar keahlian tinggi.


Kursi dengan sandaran setengah melingkar atau U-form berciri khas bentuk eksotisme nilai paduan gaya tradisional Tionghoa seperti ini, perlahan mulai jarang ditemui.

Jika dicermati desain dan tekstur dengan ornamen yang ditonjolkan ada pahat dibuat dengan metoda korek; membuat permukaan kayu jadi cekung, merupakan pengaruh gaya China Peranakan masa lampau.

Kayu tua memiliki patina indah dan terlihat benar-benar menakjubkan dalam originalitas.

Tekstur material anyaman rotan dipertahankan seperti aslinya, kualitas yang terjaga dalam originalitas.

Semakin tua usia kayu, warnanya akan semakin matang dan lama-kelamaan muncul patina atau tekstur kayu.

Tidak hanya memukau secara fisik dan visual semata, namun menjadi refleksi zaman yang masih tampak indah hingga sekarang. 


Kursi Pesisiran Akulturasi 2 Budaya...

Secara kaitan sosial perabotan kursi ini dapat dikatakan sebagai akulturasi 2 budaya, yaitu Indo-Eropa dan Tionghoa. Pada masa lalu 2 budaya berdampingan dengan harmonis, interaksi-interaksi sosial ini tidak dapat dipandang remeh.

Pada masa Hindia Belanda, China Peranakan telah mewujudkan satu budaya yang unik dengan mengkekalkan banyak tradisi China, dengan mengikut budaya lokal dan juga koloni kebudayaan Eurasia (Eropa Asia)

Menarik untuk dicermati pernik perabotan mereka yang berkecukupan terutama para golongan penguasa dan juragan dianggap bisa dijadikan sebagai simbol status dan keagungan.

Agar memperoleh kesan pada status sosial yang sama dengan para penguasa dan priayi, memunculkan golongan ekonomi baru yang kemudian memiliki kebutuhan baru sebagai simbol kemewahan pada jaman dahulu.

Meskipun bentuk dasarnya sama namun terdapat variasi terutama dalam hiasan yang disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan pemakainya. Perabotan ini berkembang di Hindia Belanda, khususnya Jawa. di klasifikasikan sebagai " kursi Betawi ", hanya ditemukan di Indonesia,

Nuansa Hindia Belanda sangat terasa dari segi bentuk dan ornamen yang masih dibiarkan seperti aslinya.
Sekilas saja melihatnya, anda pasti setuju bahwa perabotan ini memiliki sentuhan sisa peninggalan Hindia Belanda dan membongkar memori masa lampau. SOLD OUT