Jika melihat desain Schrijtafel (meja tulis) beserta kursi itu tampaknya barang sekitar dekade 1908 an. Berbahagialah jika anda masih menyimpan pernik langka ini.
Schrijtafel (meja tulis) ukuran P.91 cm x L.55 cm x T.109 cm (75 cm) kita bukan hanya menikmati aspek estetika melainkan juga nilai arkeologisnya, niscaya tak ternilai harganya.
Elemen-elemen bergaya vernakular Belanda yang banyak digunakan dalam perabotan kolonial Hindia Belanda antara tahun 1900 sampai tahun 1910-an. Sungguh suatu selera perabotan Indies yang penuh cita rasa.
Ketelatenan menyimpan Schrijtafel (meja tulis) era Dutch East Indies ini, mempertemukan dengan “masa lalu” yang boleh jadi tak pernah kita lihat sebelumnya.
Tak heran tampak bekas-bekas pemakaian dan kerusakan-kerusakan yang wajar dan juga berfungsi sebagai pelengkap interior ruangan yang bersifat fungsional dan estetika
Kayu tua memiliki patina indah dan terlihat benar-benar menakjubkan dalam originalitas.
Menggunakan garis-garis lengkung dan pola-pola organik seperti tumbuhan, memperkuat kesan Art Nouveau dan terlihat glamour.
Meski bekas, kualitasnya masih sangat terjaga. Sungguh menarik dan mengundang decak kagum.
Laci menggunakan sisitem knock down atau sistem sambungan yang disebut dengan istilah buntut burung.
Identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Tampak jelas terlihat pembedaan gradasi yang timbul akibat efek iklim tropis yang berlangsung selama puluhan tahun.
Tekstur material dipertahankan seperti aslinya, menunjukkan proses alamiah yang terjadi pada perabotan tersebut. Tekstur gradasi halus dan detail menjadi jaminan bagi karya seni dari masa lalu yang layak untuk dikoleksi.
Kunci pintu masih berfungsi sebagaimana mestinya, walau usianya tergolong renta.
Memanfaatkan kualitas kayu jati solid bidang lebar dan besar, wujud yang terlihat selain kejujuran konstruksi, kekuatan garis, dan proporsi volume.
Dengan ciri bentuk yang tegas, elemen "tali air" yang dikontraskan dengan garis lurus memiliki kadar craftmanship yang tinggi.
Secara kaitan sosial desain beberapa detail ornamen dapat dikatakan sebagai akulturasi budaya Tionghoa. Ukuran kursi P.39 cm x L.45 cm x T.102 cm kita seolah diajak berkelana ke masa silam.
Selain ergonomis, demikian kecermatan dan ketelitian pengerjaan menunjang kenyamanan.
Meja Tulis Semarangan : Membangkitkan Memori 100 Tahun Lalu...
Dalam kurun waktu 1905-1915, pemilihan perabotan rumah tangga meramaikan ekstravagansa masyarakat Indies. Era itu disebut sebagai masa keemasan eksotik Hindia Belanda.
Dengan ciri bentuk yang tegas, elemen lengkung yang dikontraskan dengan garis lurus serta tetap dapat dijadikan sebagai bukti jejak kejayaan yang mewakili lapisan sejarahnya.
Schrijtafel tampil dalam pola dan motif yang khas. Gayanya yang rumit, namun terkadang menyimpan makna tinggi bagi setiap orang yang melihatnya.
Nuansa Art Nouveau sangat terasa dari segi bentuk, ornamen dekoratif yang atraktif masih dibiarkan seperti aslinya. Luar biasa rasanya, jika kita memiliki sebuah koleksi yang tidak berubah selama 100 tahun, rasanya seperti terlempar ke masa silam.
Saking diburunya, kini banyak beredar replika atau tiruannya. Ah, gampang dibedakan. Desain duplikat, biasanya keluar dari langgam gaya Indies. Pahatannya pun lebih kasar.
Saat ini hampir sudah tidak ada lagi yang memiliki koleksi Schrijtafel peninggalan kolonial yang masih tetap eksis tak tergulung jaman. Pendek kata, meja tulis Art Nouveau ini sulit dicari tandingannya. Langka dan prestisius. Mau ?? SOLD OUT
Schrijtafel (meja tulis) ukuran P.91 cm x L.55 cm x T.109 cm (75 cm) kita bukan hanya menikmati aspek estetika melainkan juga nilai arkeologisnya, niscaya tak ternilai harganya.
Elemen-elemen bergaya vernakular Belanda yang banyak digunakan dalam perabotan kolonial Hindia Belanda antara tahun 1900 sampai tahun 1910-an. Sungguh suatu selera perabotan Indies yang penuh cita rasa.
Ketelatenan menyimpan Schrijtafel (meja tulis) era Dutch East Indies ini, mempertemukan dengan “masa lalu” yang boleh jadi tak pernah kita lihat sebelumnya.
Tak heran tampak bekas-bekas pemakaian dan kerusakan-kerusakan yang wajar dan juga berfungsi sebagai pelengkap interior ruangan yang bersifat fungsional dan estetika
Kayu tua memiliki patina indah dan terlihat benar-benar menakjubkan dalam originalitas.
Menggunakan garis-garis lengkung dan pola-pola organik seperti tumbuhan, memperkuat kesan Art Nouveau dan terlihat glamour.
Meski bekas, kualitasnya masih sangat terjaga. Sungguh menarik dan mengundang decak kagum.
Laci menggunakan sisitem knock down atau sistem sambungan yang disebut dengan istilah buntut burung.
Identifikasi visual berupa bentuk-bentuk organis, garis tumbuhan, dan garis liuk yang feminim. Tampak jelas terlihat pembedaan gradasi yang timbul akibat efek iklim tropis yang berlangsung selama puluhan tahun.
Tekstur material dipertahankan seperti aslinya, menunjukkan proses alamiah yang terjadi pada perabotan tersebut. Tekstur gradasi halus dan detail menjadi jaminan bagi karya seni dari masa lalu yang layak untuk dikoleksi.
Kunci pintu masih berfungsi sebagaimana mestinya, walau usianya tergolong renta.
Memanfaatkan kualitas kayu jati solid bidang lebar dan besar, wujud yang terlihat selain kejujuran konstruksi, kekuatan garis, dan proporsi volume.
Dengan ciri bentuk yang tegas, elemen "tali air" yang dikontraskan dengan garis lurus memiliki kadar craftmanship yang tinggi.
Secara kaitan sosial desain beberapa detail ornamen dapat dikatakan sebagai akulturasi budaya Tionghoa. Ukuran kursi P.39 cm x L.45 cm x T.102 cm kita seolah diajak berkelana ke masa silam.
Selain ergonomis, demikian kecermatan dan ketelitian pengerjaan menunjang kenyamanan.
Meja Tulis Semarangan : Membangkitkan Memori 100 Tahun Lalu...
Dalam kurun waktu 1905-1915, pemilihan perabotan rumah tangga meramaikan ekstravagansa masyarakat Indies. Era itu disebut sebagai masa keemasan eksotik Hindia Belanda.
Dengan ciri bentuk yang tegas, elemen lengkung yang dikontraskan dengan garis lurus serta tetap dapat dijadikan sebagai bukti jejak kejayaan yang mewakili lapisan sejarahnya.
Schrijtafel tampil dalam pola dan motif yang khas. Gayanya yang rumit, namun terkadang menyimpan makna tinggi bagi setiap orang yang melihatnya.
Nuansa Art Nouveau sangat terasa dari segi bentuk, ornamen dekoratif yang atraktif masih dibiarkan seperti aslinya. Luar biasa rasanya, jika kita memiliki sebuah koleksi yang tidak berubah selama 100 tahun, rasanya seperti terlempar ke masa silam.
Saking diburunya, kini banyak beredar replika atau tiruannya. Ah, gampang dibedakan. Desain duplikat, biasanya keluar dari langgam gaya Indies. Pahatannya pun lebih kasar.
Saat ini hampir sudah tidak ada lagi yang memiliki koleksi Schrijtafel peninggalan kolonial yang masih tetap eksis tak tergulung jaman. Pendek kata, meja tulis Art Nouveau ini sulit dicari tandingannya. Langka dan prestisius. Mau ?? SOLD OUT